Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NOVEL : Cinta dan Ibadah {bagian 04}

Cinta dan Ibadah



Di ruang keluarga, papa dan mama alif sedang saling bertukar pikiran.

kedua orang tua alif pun masih penasaran dan kepikiran dengan foto alm.suami  nun.

"pa, mikirin apa...?" tanya istrinya

"emmm(heran ) saya takut kalau alif gak akan mau menerima nun.."jawab suaminya dengan ragu

"kenapa harus tiba-tiba seperti ini...bener-bener gak sesuai rencana.."ucap suaminya mulai bingung.

"mungkin ayahnya nun, ingin segera melihat anaknya menikah, agar bisa melihat nun bahagia...bisa jadi pa, karna waktu itu kan papa nun lagi sakit..."ujar istrinya "mungkin juga laki-laki yang di jodohkan sama nun ini adalah seorang laki-laki yang baik dan memang sangat cocok buat nun...."lanjut ceritanya.

"kan papa tau sendiri papanya nun bukan orang sembarangan apalagi alm suami nun adalah anak mantan pesantren..."ujar istrinya lagi

"kok, bisa yah mirip dengan anak kita ma...bener-bener seperti kembar..."ujar suaminya dengan heran.

"iya pa...coba gak pakai kopia, pasti mirip banget deh pa....!" ujar istrinya.


kembali ke masa lalu, saat mama alif mengandung.

"pa anak kita kok gak pernah berhenti bergerak,,,,gak sakit siih, cuma capek dia aktif betul..."kata istrinya

"mungkin anak kita laki-laki ma,..."ucap suaminya dengan senang,

"aaminn pa...beneran deh pa seperti orang kelahi di dalam...."ujar istrinya

"coba saya pengen denger...."kata suaminya mendekati si bayi yang masih dalam kandungan istrinya.

""kembar kali ma....?" ujar suaminya sambil dengan iseng

"ah, papa...bikin takut, kalau kembar mana mungkin perut kandungan mama kecil, pasti besar lagi lah pa....? ujar istrinya sambil teraenyum.


 Hujan lebat pun tiba di hari siang menjadi petang , mama alif menjerit kesakitan sementara papa alif masih dinas, namun walaupun papanya alif sedang bertugas, beliau tidak pernah lupa menitipkan istrinya kepada tetangganya. setelah istrinya melahirkan, papanya pun baru tiba di rumah sakit.

"ma...saat itu mama ingat kan, kalau mama melahirkan anak satu..."tanya suaminya

"hemmm, iyalah pa...." jawab istrinya dengan tenang.

"jadi...apa hanya kebetulan mirip ya..."tanya papa nya dengan sedikit ragu

"bisa jadi pa....{"tapi sebenarnya mama masih penasaran juga pa, karna waktu itu mama sempat tidak sadarkan diri pa...mama takut papa terbawa pikiran..lagian ini sudah puluhan tahun, sekarang aja alif sudah 28thn" dalam hati istrinya}"


suara teriak  dari luar"Kuuuuuuriiir , Paaaaakeeet"

"duuh mas gak usah nyaring saya di sini...."kata bibi karna sudah menunggu dari awal 

"oh iya bu, maaf...ini alamat tuan rumah mas alif bu..."tanya kurirnya

"iya mas, oyah sudah di bayar belum..." tanya bibi

"sudah bu, via tranfer tadi....."kata mas kurir

"sipp kalau begitu, terimakasih ya mas..."ucap bibi

"sama-sama bu.."balas mas kurir

"alhamdulillah makan buryam...."ujar bibi dengan nada kecil sambil menuju ke ruang nun untuk mengantarkan buryam untuk nun.


tok tok tok,

"siapa..." tanya nun dari dalam kamar

"saya neng, bibi..." ujar bibi, nun pun segera membuka pintu

"ada apa bii..."tanya nun mempersilahkan bibi masuk "masuk bii..."

"terimakasih neng..."ucap bibi sambil masuk dan meletakkan buryam nun, di atas meja.

"itu apa bii..." tanya nun

"lho, neng nun belum tau..."tanya bibi

"belum tahu apa biii..."tanya balik nun

"tadi den alif mesan buryam buat neng nun dan juga sya(bibi pun tersenyum), tapi kenapa gak pizza aja yah, padahal bibi pengen banget makan pizza..."ujar bibi bikin nun tertawa

"yah bibi, ini namanya rejeki bii...."ujar nun membuat bibi khilaf dan tersenyum

"emm, kalau begitu, kita makan sama-sama aja ya bii..."kata nun mengajak bibi makan bareng

"emm mohon maaf ya neng gak bisa, saya harus bersihkan kamar den dulu, habis itu baru turun ke dapur, kalau naik lagi saya cape nun..."ujar bibi

"oh, gitu, saya juga makannya di dapur kok bi...mana mungkin saya makan di kamar...nter ngundang tikus lagi..."ujar nun "emmm, saya turun duluan ya bi, sini saya bawakan buryam bibi ..nter kita ketemu di ruang makan dapur..." ujar nun

"oh, boleh nun..." bibi pun segera menuju ke kamar den alif tuk membersihkan kamar den alif, sementara nun pergi menuju ruang makan




Di Ruang makan

"nun (nun pun sontak kaget dan menundukkan kepalanya) ada liat bibi gak..."tanya alif

"lagi bersihkan kamar kak alif,..." ujar nun

"itu,,(sambil nunjuk ke kotak) buryamnya.." tanya alif

" iya kak, ini buryamnya..." jawab nun "terimakasih banyak sudah membelikan saya.." lanjut nun

"it's okey....trus kenapa gak di makan, jangan di buang mubazir tau,,,,,itu makanan loh" ujar alif mulai salah paham

"iya, ini saya mau makan, saya gak biasa makan di kamar...nter ngundang tikus kak.."kata nun membuat alif geli setelah mendengar tikus.

"emmm apa kamu baik-baik aja sekarang.." tanya alif dengan perhatian

"alhamdulillah, sudah baik...kata dokter tadi, saya cuma kurang darah..."ucap nun

"oh , syukurlah.."ujar alif "sudah minum obat belum.." tanya alif

"astagfirullah...lupa bawa.."kata nun ingin kembali kekamar.

"isss(memegang kedua pundak nun sebagai insyarat agar nun tidak meninggalkan tempat duduknya)"

"jangan sentuh saya kak..."ucap nun mengagetkan alif, alif pun melepaskan tangannya dari pundak nun.

"okey, sorry....saya akan lepas, tapi kamu tetap duduk... dan biar kan saya yang akan pergi ambil obat kamu.."kata alif dengan nada lembut

"tidak usah kak, biar saya aja..."bantah nun

"kalau kamu gak mau saya akan megang pundak kamu lagi...mauuu...(meyakinkan nun, nun pun mulai terdiam) udah makan aja nter buryam nya dingin loh.."kata alif dengan benar. Disaat alif membalikkan arah bibi pun tiba.

"alhamdulillah, itu ada biibi..." kata nun dengan nyaring

"(bibi pun heran) ada apa neng??" tanya bibi

"bi, bisa minta tolong, ambilkan obat saya di kamar..."ucap nun membuat alif heran

"astagfirullah, emank kenapa sih, kalau saya yang ambilkan...{nun terdiam) dah bibi sanah temanin nun saja.."kata alif dengan tegas sambil mengantar bibi duduk di samping nun "makan buryamnya juga ya biii.." lanjut alif kemudian meninggalkan tempat.

"{"ya allah, semoga saja kak alif tidak melihat wajah suami saya.."dalam hati nun yang berkecamuk rasa takut, karna nun menyimpan foto nikah bersama suaminya di dalam kamar.}

"ada apa sih, neng..."tanya bibi dengan bingung"kok melamun..."lanjut bibi

"tidak apa-apa bi.."jawab nun dengan rasa khawatir

"yaudah, kalau gak ada apa-apa, kita makan aja...(bibi pun mulai kepikiran lain) sambil tunggu obat nya neng, gak bakalan ada yang hilang di kamar neng..."kata bibi dengan chanda

{"bibi baik banget, di sini mereka seperti layaknya keluarga sendiri...papa dan mama kak alif juga baik banget ya allah, sepatutnya saya bersyukur bisa berkumpul bersama mereka.."ucap nun dalam hati}

"iya bii, yuk makan..."senyum nun sambil menawari bibi makan


tak lama alif pun tiba ngantarkan obat nun.

"nih, kalau dah makan jangan lupa minum obatnya..."ujar alif langsung meninggalkan tempat, nun pun terdiam.

{"apa...dia gak liat ya...."dalam hati nun "syukurlah..."alhamdulilah"}

selesai makan nun pun kembali ke kamar.

"oh pantes dia gak liat ternyata fotonya di tempat tidur " alhamdulillah.."kata nun dengan syukur


"itu foto pernikahan kamu..." jar alif sedang nyandar di pintu nun pun begitu kaget mendengar ucapan alif.

dengan tidak sengaja nun pun menatap alif, tapi di saat menatap alif nun pun langsung beristigfar, untung saja saat nun menatap alif, wajah alif langsung berbalik arah samping.

"ngomong aja... gpp karna aku juga gak bakalan nikahi kamu, apalagi kamu sedang hamil.."kata alif dengan dengan menyinggung perasaan nun, nun pun terdiam dan menarik napas dalam-dalam kemudian di keluarkannya dengan pelan-pelan.

"apa ..kak alif sudah melihat foto ini..." tanya nun.

"saat ambil obat tadi saya sudah liat, tapi hanya sekilas...karna bagi saya itu gak penting...."ucap alif membuat nun kembali tenang.

"jujur ya nun... sebenarnya, saya tidak ingin sekali menikah...yaah walaupun kelak papa maksain nikah mungkin aku akan menikahi wanita dengan pilihan aku sendiri..."kata alif dengan jutek dan meyakinkan agar nun percaya dalam perkataannya.

{"astagfirullah al-adzim, sepertinya saya tidak akan tahan di sini" ucap nun dalam hati yang mulai meringis}

"okey,... itu keputusan kak alif, karna saya tidak akan memaksakan diri saya untuk keputusan ini, kecuali khendak allah.." kata nun mulai sedih, sedangkan alif hanya santai menghadap ke kamarnya. nun pun menutup pintu sebelum air matanya jatuh di hadapan alif. alipun terdorong sontak kaget karna nun menutup pintu secara tiba-tiba.

"aw......"ujar alif kesakitan, sambil masuk ke kamarnya  "apa an sih ini anak...(marah) mentang-mentang dia hamil masa saya harus menikahi dia, kenapa saya harus simpati ma dia...(kesel) salah papa mama juga sih kenapa sih harus main jodoh-jodohin, kenapa gak ...nikahin saya dengan nun sekalian sejak nun kecil..." kata alif dengan emosi.

"den..."suara bibi dari belakang

"astagfirullah, biii kenapa gak ketuk pintu dulu..."kata alif tambah emosi

"maaf, den...tadi pintunya udah terbuka....."kata bibi dengan nada lembut campur rasa takut karna bibi gak pernah melihat alif se emosi ini.

"okey (lembut) ada apa bii..."tanya alif agak relax

"Di panggil mama den..."ujar bibi

"aduuuh biii, saya cape...bilang aja ke mama saya lagi istirahat, besok pagi aja kalau ada yang mau di bahas..."ucap alif dengan tegas sambil mengarah ke pintu untuk menutup pintu.

"iya den..."kata bibi alif pun langsung menutup pintu, setelah alif menutup pintu alif pun kembali membuka pintunya dan memanggil bibi "biii..." ujar alif

"iya den,..."bibi pun kembali kedepan pintu alif

"bibi tadi nguping..."tanya alif

"tidak den..."jawab bibi dengan ragu

"hemmm, ketahuan loh dari cara omongan bibi...." alif pun mulai meraba telinga bibi yang di tutupi jilbab

"tuh, gak ada handset kan di telinganya, nguping ya...."kata alif mulai sensitif

"iya den...tapi cuma bagian terakhir doang...."kata bibi

"apa itu bii..."alif pun penasaran

"emmm apa yah...bibi lupa den...(tersipu) kan bibi dah tua den....juga sudah tuli-tuli.." kata bibi berusaha untuk meninggalkan lokasi. mata alif pun melotot.

"iya de...bibi dengar(grogi) bibi dengar den alif bilang "nun kecil" itu aja....gak lebih den." kata bibi meyakinkan alif bibi pun langsung meninggalkan tempat tanpa pamrih.

"eh kok....aduuuh biiibiiii biiibi, mudah-mudahan saja bibi gak dengar beneran..."kata  alif kemudian kembali masuk ke dalam dan menutup pintu kamarnya.


Pagi hari pun tiba, cuaca embun pagi tatkala menyelimuti pohon kering yang kian menjadi rimba.

papa, mama ,alif dan nun pun sedang sarapan.

"nun, papa dan mama sudah memutuskan, sebaiknya kamu...(dengan ragu) tidak usah bekerja ya nak.."kata mama alif

"iya sayang, kamu harus menjaga kesehatan kamu beserta bayi kamu Nak..."ujar papa alif

"betul  juga kata papa dan mama...kamu harus fokus, dengan masa kehamilan kamu..." ujar alif membenarkan kedua orang tuanya

"pa ...ma...bayi yang ada di dalam kandungan saya masih sangat muda, masih banyak waktu yang saya harus isi dengan hari-hari saya ma, ini demi bayi saya... dan saya akan  berhenti jika tiba waktunya saya melahirkan."kata nun

{"kasihan juga nun, kalau dia tidak bekerja bagaimana dia bisa menafkahi anaknya nanti.."kata alif dalam hati}

"emmm, pa..ma....kayaknya, nun bener untuk sementara ini, dia gpp kerja dulu, tapi kalau sudah melahirkan dia akan berhenti juga, bukan begitu nun..."tanya ke nun..

"iya pa ma..."ucap nun dengan semangat

{"tapiiii, bagaimana caranya dia bekerja, sedangkan ngliat saya aja gak mau..?" dalam hati alif}


bersambung

Next : https://blogsrindy.blogspot.com/2022/02/novel-cinta-dan-ibada-bagian-05.html

Posting Komentar untuk "NOVEL : Cinta dan Ibadah {bagian 04}"